4. MENGIMANI TAKDIR DENGAN BENAR
HADITS ARBAIN
KE 4
عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بنِ
مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه
وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ : إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي
بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً
مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً
مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ،
وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ
وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ. فَوَ اللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ
أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ
وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ
أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ
النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ
عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ
الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا
Dari Abu
Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, Rasulullah
shallallahu ’alaihi wa sallam menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang
yang benar dan dibenarkan, “Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan
penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani (nuthfah) selama empat puluh
hari, kemudian berubah menjadi setetes darah (‘alaqah) selama empat puluh hari,
kemudian menjadi segumpal daging (mudhgah) selama empat puluh hari. Kemudian
diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan diperintahkan
untuk ditetapkan empat perkara, yaitu rezekinya, ajalnya, amalnya dan
kecelakaan atau kebahagiaannya. Demi Allah yang tidak ada sesembahan yang
berhak disembah selain-Nya. Sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan
perbuatan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta.
Akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli
neraka maka masuklah dia ke dalam neraka. Sesungguhnya di antara kalian ada
yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka
tinggal sehasta. Akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan
perbuatan ahli surga maka masuklah dia
ke dalam surga.” (HR. Bukhari, no. 6594 dan Muslim, no. 2643)
Penjelasan
Hadits Arbain Nawawi Ke-4
Teks Hadits dan
Terjemahan
عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بنِ
مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه
وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ: إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي
بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ
ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ
الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ:
بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ. فَوَ اللهِ
الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ
الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ
عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ
أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ
وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ
أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا.
Terjemahan
Hadits:
Dari Abu
Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam yang jujur dan dipercaya bersabda: “Sesungguhnya
penciptaan salah seorang dari kalian dikumpulkan dalam perut ibunya selama 40
hari berupa nutfah (air mani), kemudian menjadi alaqah (segumpal darah) selama
waktu yang sama, kemudian menjadi mudghah (segumpal daging) selama waktu yang
sama. Kemudian diutuslah malaikat untuk meniupkan ruh ke dalamnya, dan
diperintahkan (untuk mencatat) empat hal: menuliskan rezekinya, ajalnya,
amalnya, dan apakah dia celaka atau bahagia. Demi Allah yang tiada Tuhan selain
Dia, sungguh salah seorang dari kalian ada yang beramal dengan amalan penghuni
surga sehingga antara dia dan surga hanya tinggal satu hasta, namun takdir
mendahuluinya, sehingga dia beramal dengan amalan penghuni neraka lalu masuklah
ia ke dalamnya. Dan ada seorang dari kalian yang beramal dengan amalan penghuni
neraka sehingga antara dia dan neraka hanya tinggal satu hasta, namun takdir
mendahuluinya, sehingga dia beramal dengan amalan penghuni surga lalu masuklah
ia ke dalamnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Makna Hadits
Hadits ini
mengandung beberapa pelajaran penting terkait dengan penciptaan manusia,
takdir, dan kehendak Allah. Berikut penjelasan rinci mengenai kandungan hadits
tersebut:
1. Tahapan
Penciptaan Manusia
- Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam menjelaskan bahwa penciptaan manusia di dalam rahim ibu
berlangsung dalam tiga tahap:
- Nutfah: Selama 40 hari pertama, janin berada
dalam bentuk air mani.
- Alaqah: Selama 40 hari kedua, janin berubah
menjadi segumpal darah yang menggantung di rahim.
- Mudghah: Selama 40 hari ketiga, janin menjadi
segumpal daging.
- Setelah tahap ini, Allah
mengutus malaikat untuk meniupkan ruh ke dalam janin.
2. Penetapan
Takdir
- Setelah ruh ditiupkan, malaikat
diperintahkan untuk menulis empat ketentuan bagi setiap manusia:
1. Rezeki: Segala
sesuatu yang berkaitan dengan rezeki dan kehidupan duniawi.
2. Ajal: Batas umur
atau masa hidup seseorang di dunia.
3. Amal:
Perbuatan-perbuatan yang akan dilakukan selama hidupnya.
4. Nasib: Apakah dia
akan menjadi orang yang beruntung atau celaka, masuk surga atau neraka.
3. Kehendak dan
Takdir Allah
- Hadits ini juga menjelaskan
bahwa takdir Allah itu pasti terjadi, meskipun seseorang beramal
seolah-olah ia pasti masuk surga atau neraka. Pada akhirnya, apa yang
telah ditentukan oleh Allah yang akan menjadi kenyataan.
4. Ketetapan
Akhir
- Hadits ini memberikan
peringatan agar kita tidak merasa aman dengan amal yang dilakukan, karena
bisa saja di akhir hayat seseorang berubah menjadi buruk.
- Sebaliknya, orang yang
melakukan dosa jangan putus asa dari rahmat Allah, karena masih ada
kesempatan untuk bertobat dan memperbaiki diri hingga akhir hayat.
Dalil Al-Quran
yang Berkaitan
1. Surah Al-Mu’minun (23:12-14): Allah SWT berfirman:
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ
مِنْ طِينٍ ١٢ ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ ١٣ ثُمَّ
خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا
الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا
آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ ١٤
“Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah.
Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah
itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami
menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta
Yang Paling Baik.” (QS. Al-Mu’minun: 12-14)
2. Surah Al-Hadid (57:22):
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا
فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا ۚ إِنَّ
ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ ٢٢
"Tidak ada
suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri
melainkan telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah."
Perkataan Ulama
1. Imam An-Nawawi:
o Dalam Syarh Arbain Nawawi, beliau menyatakan bahwa hadits ini
menjelaskan tentang penciptaan manusia dan penetapan takdir. Hal ini
menunjukkan bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu yang akan terjadi
sebelum terjadi.
2. Ibn Hajar Al-Asqalani:
o Dalam kitab Fathul Bari, Ibn Hajar menjelaskan bahwa
malaikat yang diutus untuk mencatat takdir manusia itu adalah Malaikat Jibril.
Takdir ini mencakup seluruh aspek kehidupan manusia dan tidak akan berubah
kecuali dengan izin Allah.
3. Imam Ghazali:
o Beliau menekankan pentingnya beramal shalih dan senantiasa berdoa
agar Allah meneguhkan hati kita dalam kebaikan hingga akhir hayat. Meskipun
takdir telah ditentukan, usaha dan doa tetap menjadi bagian dari ikhtiar kita
sebagai hamba.
Contoh-Contoh
Aplikasi
1. Kesabaran dan Keikhlasan dalam Beramal:
o Seorang Muslim harus tetap ikhlas dalam beramal tanpa merasa
sombong atau takabur dengan amalannya. Harus ada keseimbangan antara rasa takut
akan takdir buruk dan harapan akan rahmat Allah.
2. Berbaik Sangka kepada Allah:
o Meskipun seseorang melihat hidupnya penuh cobaan, ia harus tetap
berbaik sangka kepada Allah dan terus berusaha berbuat baik. Takdir bisa
berubah karena doa, usaha, dan tawakal kepada Allah.
3. Menghindari Putus Asa:
o Jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah, meskipun merasa penuh
dosa. Selama masih ada kesempatan, pintu taubat selalu terbuka, dan seseorang
bisa berubah menjadi lebih baik di akhir hayatnya.
Kesimpulan
Hadits ini
mengajarkan tentang penciptaan manusia, ketetapan takdir, dan pentingnya
berusaha serta berdoa agar tetap dalam kebaikan hingga akhir hayat. Pesan
utamanya adalah untuk tetap rendah hati, berserah diri kepada
Faedah Hadits
Pembentukan
manusia dalam rahim mulai dari nuthfah (setetes mani), ‘alaqah (segumpal
darah), mudhgah (segumpal daging) masing-masing selama 40 hari.
Allah
benar-benar perhatian pada manusia karena ada malaikat yang bertugas mengurus
manusia ketika berada dalam janin. Ketika berada di dunia, ada malaikat yang
bertugas mengawasi dan mendoakannya. Ketika akan mati, ada malaikat yang
bertugas mencabut nyawanya.
Malaikat adalah
hamba Allah yang diperintah dan dilarang.
Jumhur
(kebanyakan ulama) menyatakan bahwa wajib berpegang dengan ketetapan yang
disebutkan dalam hadits. Namun bisa terjadi perbedaan jumlah hari dalam
pembentukan tadi dikarenakan ada yang terjadi di awal atau akhir hari, di awal
atau di akhir malam.
Manusia
mengalami tiga tahapan yaitu nuthfah, ‘alaqah lalu mudghah selama 120 hari (4
bulan). Lalu ruh ditiupkan setelah 120 hari.
Ulama Hanafiyah
berpendapat bahwa janin boleh digugurkan jika belum mencapai 120 hari karena
ruh belum ditiupkan. Sedangkan ulama Syafi’iyah dan Hambali menyatakan bahwa
boleh menggugurkan di bawah 40 hari dengan menggunakan obat yang mubah. Adapun
jika melewati 40 hari masa kehamilan tidaklah dibolehkan dikarenakan sudah
terbentuk segumpal darah. Dalam hadits dari Abu Hudzaifah disebutkan, “Jika
sudah terbentuk nuthfah setelah 42 hari, maka Allah akan mengutus malaikat
untuk membentuk nuthfah tersebut sehingga terbentuk pendengaran, penglihatan,
kulit, daging dan tulang.” (HR. Muslim, no. 2645). Ulama Malikiyah sendiri
berpandangan bahwa kandungan tidak boleh digugurkan setelah terbentuk nuthfah
(bercampurnya sel sperma dan sel telur) walau lewat satu hari. Karena ketika
itu telah dimulainya kehidupan dan wajib dimuliakan. Pendapat terakhir ini yang
lebih kuat, menggugurkan hanya boleh jika darurat saja karena alasan yang
dibenarkan dari pakarnya.
Imam Ahmad
berpendapat bahwa jika keguguran setelah 4 bulan (120 hari), maka janin
dishalatkan, dikafani dan dikuburkan. Sedangkan ulama lainnya seperti
Syafi’iyah berpandangan bahwa mesti menunggu sampai bayi tersebut lahir. Karena
jika janin gugur dalam kandungan, maka tidak dianggap manusia sehingga tidak
perlu dishalatkan. Namun pendapat pertama dari Imam Ahmad itulah yang lebih
kuat.
Hanya Allah
yang mengetahui apa yang terjadi dalam rahim. Ini bukan berarti dokter tidak
bisa mengetahui janin tersebut laki-laki ataukah perempuan. Namun dokter tidak
bisa mengungkapkan secara detail apa yang ada dalam rahim sampai perihal
takdirnya.
Rezeki, ajal,
amal, bahagia ataukah sengsara dari setiap manusia sudah diketahui, dicatat,
dikehendaki dan ditetapkan oleh Allah.
Rezeki sudah
ditetapkan bukan berarti manusia tidak perlu bekerja dan berusaha. Manusia
diketahui takdirnya oleh Allah, bukan berarti manusia tidak punya pilihan. Sama
juga dengan jodoh sudah ditetapkan bukan berarti tidak perlu mencari jodoh lalu
tunggu jodoh datang dengan sendirinya. Logikanya, kalau akan kena musibah,
seseorang akan berusaha menyelamatkan diri. Begitu pula dalam hal seseorang
mencuri harta orang lain, tidak boleh ia beralasan dengan takdir, “Ini sudah
jadi takdir saya.” Karena orang berakal tidak mungkin beralasan seperti itu. Ia
mencuri pasti karena pilihannya.
Manusia tidak
mengetahui takdir yang ditetapkan untuknya. Sehingga manusia tetap harus ada
usaha dan amal, tidak boleh ia hanya sekedar pasrah pada takdir.
Amalan
merupakan sebab seseorang untuk masuk surga. Dalam hadits disebutkan,
“Seseorang tidaklah masuk surga kecuali sebab amalnya.” (HR. Bukhari, no. 5673
dan Muslim, no. 2816). Jadi masuk surga bukanlah karena gantian dari amal kita.
Namun karena sebab amal, datang rahmat Allah yang membuat kita bisa masuk
surga. Dalam ayat disebutkan pula (yang artinya), “Dan itulah surga yang
diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan.” (QS.
Az-Zukhruf: 72)
Bahagia ataukah
sengsara tergantung dari amalan akhir seseorang itu seperti apa.
Ada orang yang
beramal dengan amalan penduduk surga menurut pandangan manusia, namun akhir
hidupnya adalah suul khatimah (akhir jelek). Ada juga manusia yang dianggap
hina oleh orang-orang sekitarnya karena dosanya begitu banyak. Namun ia tutup
hidupnya dengan taubat, sehingga ia mati husnul khatimah (mati baik) dan
akhirnya masuk surga.
Untuk meraih
husnul khatimah (akhir hidup yang baik) ada cara yang bisa ditempuh:
(a) Perbanyak
doa siang dan malam. Di antara doa yang bisa terus dipanjatkan, ‘YAA MUQOLLIBAL
QULUUB TSABBIT QOLBII ‘ALAA DIINIK’ (Artinya: Wahai Rabb yang membolak-balikkan
hati, teguhkanlah hatiku pada agama-Mu);
(b)
Memperbanyak amalan ketaatan dan setiap amalan ketaatan akan mewariskan amalan
ketaatan selanjutnya; ingat yang dinilai adalah akhir amal kita;
(c) Menjauhkan
diri dari kemunafikan;
(d) Berusaha
meninggalkan maksiat karena maksiat adalah sebab suul khatimah.
Apakah kita
bahagia ataukah sengsara kelak di akhirat sudah diketahui dalam takdir.
Akhir kehidupan
manusia antara syaqo’ (sengsara) ataukah sa’adah (berbahagia).
Demikian juga
dalam menjalani marifat kepada Allah itu
di perlukan tahapan tahapan untuk musyahadah
Seperti
penciptaan manusia
Hukum fiqih
masalah siqtu. Kalau bayinya sudah punya
nyawa maka haram di aborsi
malaikat
pembawa ruh itu meniup kan ruh
Kemudian di
perintahkan lagi untuk menuliskan ya
Diantara kedua
mata tentang ajal, rizki, amal
Para ulama
menyimpulkan
1. Tiada risau
dengan rizki
عدم الهم للرزق
Maka rizki kita
sudah ditentukan oleh Allah banyak atau sedikit.
كل ما يصل إلينا من خير ونعمة هو من رزق الله ،
سواء اكتسبناه بأيدينا أو جاد به غيرنا علينا
.
فعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : ( مَنْ آتَاهُ اللَّهُ مِنْ هَذَا الْمَالِ
شَيْئًا مِنْ غَيْرِ أَنْ يَسْأَلَهُ فَلْيَقْبَلْهُ ؛ فَإِنَّمَا هُوَ رِزْقٌ
سَاقَهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَيْهِ ) رواه أحمد
(7908) ،
قال العلماء : ما قدر الله لك فهو يصل اليك بسبب
اوجده لك وما لا يقدر لك لا يصل اليك
Rizki yang
sudah Allah takdirkan kepada engkau maka pasti sampai kepada engkau, dan Allah
akan menciptakan caranya untuk
mendapatkan rizki itu. (Jadi jangan perlu risau)
Telah
ditetapkan bahagia dan celaka di akhirat. Dan ini menunjukkan bahwa
عدم الفرح
بالشيء ما لم يعلم انه سعيد في الأخرة
Kita jangan
terlalu gembira dengan rizki yang ada kalau belum tau bahagia di akhirat.
Selama kita
belum tau kita masuk neraka atau surga hendaknya kita selalu risau dengan itu.
Dan selalu memohon kepada Allah agar kita dijadikan orang orang yang beruntung
عن عبد الله بن عمرو رضي الله عنهما قال: كان على
ثَقَلِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم رَجُلٌ يُقالُ له كِرْكِرَةٌ، فماتَ، فقال
رسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : «هو في النَّارِ». فذهبوا ينظرونَ إليهِ،
فَوَجَدُوا عَبَاءَةً قَدْ غَلَّهَا [صحيح] - [رواه البخاري]
Dari Abdullah
Ibn 'Amru -raḍiyallāhu 'anhumā-, dia berkata, "Dahulunya ada seseorang
yang bekerja untuk Nabi dipanggil Kirkiroh meninggal dunia. Rasulullah -ṣallallāhu
'alaihi wa sallam- bersabda, 'Dia di neraka.' Para sahabat pun pergi untuk
melihat keadaannya lalu mereka dapati padanya pakaian (mantel) hasil rampasan
perang yang diambilnya dengan diam-diam."
Hadis sahih -
Diriwayatkan oleh Bukhari
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan,
“Kami pernah
bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu beliau mengatakan pada
orang yang mengaku Islam, “Dia termasuk penduduk neraka.” Ketika mengikuti
peperangan, orang tersebut begitu semangat. Namun ia terkena luka parah.
Kemudian ada yang berkata pada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Yang engkau katakan bahwa ia
termasuk penduduk neraka, ia benar-benar hari itu telah berperang lalu ia
mati.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap mengatakan, “Ia penghuni neraka.” Sebagian orang pun
terheran-heran dan tetap dalam keadaan seperti itu. Ternyata, ada yang
menceritakan bahwa orang tersebut sebelum mati, ia memiliki luka yang cukup
parah. Ketika di malam hari, ia tidak sabar menahan lukanya yang parah
tersebut. Lalu ia pun membunuh dirinya sendiri.
Maka jangan
sekali-kali memegang apa yang telah kita amal kan.
Dan jangan
merasa mati masuk surga.
Maka kita terus
memohon kepada Allah agar di masukkan ke surga dan terbebas dari neraka
Kebalikannya
orang orang yang berdosa setengah hasta lagi mati masuk neraka akhirnya dia
taubat maka masuk surga
Maka jangan
pernah putus asa atas rahmat dan ampunan allah
Dalam kita
jawahir luluah di ceritakan ada pasangan suami istri beda agama. Suami Islam
dan istri nasrani. Keduanya pindah agama ketika di akhir hayat karena
ingin bersama di akhirat. Akhirnya Suami ke nasrani sebelum hembusan nafas
terakhir dan istri ke Islam sebelum
hembusan nafas terakhir. Akhirnya istrinya masuk surga dan suaminya masuk
neraka.
Komentar
Posting Komentar