4. MENGIMANI TAKDIR DENGAN BENAR

HADITS ARBAIN KE 4

عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ : إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ   ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ. فَوَ اللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ  الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا

Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan, “Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani (nuthfah) selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah (‘alaqah) selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging (mudhgah) selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan diperintahkan untuk ditetapkan empat perkara, yaitu rezekinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya. Demi Allah yang tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain-Nya. Sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta. Akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka. Sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta. Akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli surga  maka masuklah dia ke dalam surga.” (HR. Bukhari, no. 6594 dan Muslim, no. 2643)

 

Penjelasan Hadits Arbain Nawawi Ke-4

Teks Hadits dan Terjemahan

عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ: إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ. فَوَ اللهِ الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا.

Terjemahan Hadits:

Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang jujur dan dipercaya bersabda: “Sesungguhnya penciptaan salah seorang dari kalian dikumpulkan dalam perut ibunya selama 40 hari berupa nutfah (air mani), kemudian menjadi alaqah (segumpal darah) selama waktu yang sama, kemudian menjadi mudghah (segumpal daging) selama waktu yang sama. Kemudian diutuslah malaikat untuk meniupkan ruh ke dalamnya, dan diperintahkan (untuk mencatat) empat hal: menuliskan rezekinya, ajalnya, amalnya, dan apakah dia celaka atau bahagia. Demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia, sungguh salah seorang dari kalian ada yang beramal dengan amalan penghuni surga sehingga antara dia dan surga hanya tinggal satu hasta, namun takdir mendahuluinya, sehingga dia beramal dengan amalan penghuni neraka lalu masuklah ia ke dalamnya. Dan ada seorang dari kalian yang beramal dengan amalan penghuni neraka sehingga antara dia dan neraka hanya tinggal satu hasta, namun takdir mendahuluinya, sehingga dia beramal dengan amalan penghuni surga lalu masuklah ia ke dalamnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Makna Hadits

Hadits ini mengandung beberapa pelajaran penting terkait dengan penciptaan manusia, takdir, dan kehendak Allah. Berikut penjelasan rinci mengenai kandungan hadits tersebut:

1. Tahapan Penciptaan Manusia

  • Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa penciptaan manusia di dalam rahim ibu berlangsung dalam tiga tahap:
    • Nutfah: Selama 40 hari pertama, janin berada dalam bentuk air mani.
    • Alaqah: Selama 40 hari kedua, janin berubah menjadi segumpal darah yang menggantung di rahim.
    • Mudghah: Selama 40 hari ketiga, janin menjadi segumpal daging.
  • Setelah tahap ini, Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh ke dalam janin.

2. Penetapan Takdir

  • Setelah ruh ditiupkan, malaikat diperintahkan untuk menulis empat ketentuan bagi setiap manusia:

1.  Rezeki: Segala sesuatu yang berkaitan dengan rezeki dan kehidupan duniawi.

2.  Ajal: Batas umur atau masa hidup seseorang di dunia.

3.  Amal: Perbuatan-perbuatan yang akan dilakukan selama hidupnya.

4.  Nasib: Apakah dia akan menjadi orang yang beruntung atau celaka, masuk surga atau neraka.

3. Kehendak dan Takdir Allah

  • Hadits ini juga menjelaskan bahwa takdir Allah itu pasti terjadi, meskipun seseorang beramal seolah-olah ia pasti masuk surga atau neraka. Pada akhirnya, apa yang telah ditentukan oleh Allah yang akan menjadi kenyataan.

4. Ketetapan Akhir

  • Hadits ini memberikan peringatan agar kita tidak merasa aman dengan amal yang dilakukan, karena bisa saja di akhir hayat seseorang berubah menjadi buruk.
  • Sebaliknya, orang yang melakukan dosa jangan putus asa dari rahmat Allah, karena masih ada kesempatan untuk bertobat dan memperbaiki diri hingga akhir hayat.

Dalil Al-Quran yang Berkaitan

1.  Surah Al-Mu’minun (23:12-14): Allah SWT berfirman:

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ ۝١٢ ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ ۝١٣ ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ ۝١٤

 

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (QS. Al-Mu’minun: 12-14)

2.  Surah Al-Hadid (57:22):

 

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ ۝٢٢

"Tidak ada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah."

Perkataan Ulama

1.  Imam An-Nawawi:

o    Dalam Syarh Arbain Nawawi, beliau menyatakan bahwa hadits ini menjelaskan tentang penciptaan manusia dan penetapan takdir. Hal ini menunjukkan bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu yang akan terjadi sebelum terjadi.

2.  Ibn Hajar Al-Asqalani:

o    Dalam kitab Fathul Bari, Ibn Hajar menjelaskan bahwa malaikat yang diutus untuk mencatat takdir manusia itu adalah Malaikat Jibril. Takdir ini mencakup seluruh aspek kehidupan manusia dan tidak akan berubah kecuali dengan izin Allah.

3.  Imam Ghazali:

o    Beliau menekankan pentingnya beramal shalih dan senantiasa berdoa agar Allah meneguhkan hati kita dalam kebaikan hingga akhir hayat. Meskipun takdir telah ditentukan, usaha dan doa tetap menjadi bagian dari ikhtiar kita sebagai hamba.

Contoh-Contoh Aplikasi

1.  Kesabaran dan Keikhlasan dalam Beramal:

o    Seorang Muslim harus tetap ikhlas dalam beramal tanpa merasa sombong atau takabur dengan amalannya. Harus ada keseimbangan antara rasa takut akan takdir buruk dan harapan akan rahmat Allah.

2.  Berbaik Sangka kepada Allah:

o    Meskipun seseorang melihat hidupnya penuh cobaan, ia harus tetap berbaik sangka kepada Allah dan terus berusaha berbuat baik. Takdir bisa berubah karena doa, usaha, dan tawakal kepada Allah.

3.  Menghindari Putus Asa:

o    Jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah, meskipun merasa penuh dosa. Selama masih ada kesempatan, pintu taubat selalu terbuka, dan seseorang bisa berubah menjadi lebih baik di akhir hayatnya.

Kesimpulan

Hadits ini mengajarkan tentang penciptaan manusia, ketetapan takdir, dan pentingnya berusaha serta berdoa agar tetap dalam kebaikan hingga akhir hayat. Pesan utamanya adalah untuk tetap rendah hati, berserah diri kepada

 

Faedah Hadits

Pembentukan manusia dalam rahim mulai dari nuthfah (setetes mani), ‘alaqah (segumpal darah), mudhgah (segumpal daging) masing-masing selama 40 hari.

Allah benar-benar perhatian pada manusia karena ada malaikat yang bertugas mengurus manusia ketika berada dalam janin. Ketika berada di dunia, ada malaikat yang bertugas mengawasi dan mendoakannya. Ketika akan mati, ada malaikat yang bertugas mencabut nyawanya.

Malaikat adalah hamba Allah yang diperintah dan dilarang.

Jumhur (kebanyakan ulama) menyatakan bahwa wajib berpegang dengan ketetapan yang disebutkan dalam hadits. Namun bisa terjadi perbedaan jumlah hari dalam pembentukan tadi dikarenakan ada yang terjadi di awal atau akhir hari, di awal atau di akhir malam.

Manusia mengalami tiga tahapan yaitu nuthfah, ‘alaqah lalu mudghah selama 120 hari (4 bulan). Lalu ruh ditiupkan setelah 120 hari.

Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa janin boleh digugurkan jika belum mencapai 120 hari karena ruh belum ditiupkan. Sedangkan ulama Syafi’iyah dan Hambali menyatakan bahwa boleh menggugurkan di bawah 40 hari dengan menggunakan obat yang mubah. Adapun jika melewati 40 hari masa kehamilan tidaklah dibolehkan dikarenakan sudah terbentuk segumpal darah. Dalam hadits dari Abu Hudzaifah disebutkan, “Jika sudah terbentuk nuthfah setelah 42 hari, maka Allah akan mengutus malaikat untuk membentuk nuthfah tersebut sehingga terbentuk pendengaran, penglihatan, kulit, daging dan tulang.” (HR. Muslim, no. 2645). Ulama Malikiyah sendiri berpandangan bahwa kandungan tidak boleh digugurkan setelah terbentuk nuthfah (bercampurnya sel sperma dan sel telur) walau lewat satu hari. Karena ketika itu telah dimulainya kehidupan dan wajib dimuliakan. Pendapat terakhir ini yang lebih kuat, menggugurkan hanya boleh jika darurat saja karena alasan yang dibenarkan dari pakarnya.

Imam Ahmad berpendapat bahwa jika keguguran setelah 4 bulan (120 hari), maka janin dishalatkan, dikafani dan dikuburkan. Sedangkan ulama lainnya seperti Syafi’iyah berpandangan bahwa mesti menunggu sampai bayi tersebut lahir. Karena jika janin gugur dalam kandungan, maka tidak dianggap manusia sehingga tidak perlu dishalatkan. Namun pendapat pertama dari Imam Ahmad itulah yang lebih kuat.

Hanya Allah yang mengetahui apa yang terjadi dalam rahim. Ini bukan berarti dokter tidak bisa mengetahui janin tersebut laki-laki ataukah perempuan. Namun dokter tidak bisa mengungkapkan secara detail apa yang ada dalam rahim sampai perihal takdirnya.

Rezeki, ajal, amal, bahagia ataukah sengsara dari setiap manusia sudah diketahui, dicatat, dikehendaki dan ditetapkan oleh Allah.

Rezeki sudah ditetapkan bukan berarti manusia tidak perlu bekerja dan berusaha. Manusia diketahui takdirnya oleh Allah, bukan berarti manusia tidak punya pilihan. Sama juga dengan jodoh sudah ditetapkan bukan berarti tidak perlu mencari jodoh lalu tunggu jodoh datang dengan sendirinya. Logikanya, kalau akan kena musibah, seseorang akan berusaha menyelamatkan diri. Begitu pula dalam hal seseorang mencuri harta orang lain, tidak boleh ia beralasan dengan takdir, “Ini sudah jadi takdir saya.” Karena orang berakal tidak mungkin beralasan seperti itu. Ia mencuri pasti karena pilihannya.

Manusia tidak mengetahui takdir yang ditetapkan untuknya. Sehingga manusia tetap harus ada usaha dan amal, tidak boleh ia hanya sekedar pasrah pada takdir.

Amalan merupakan sebab seseorang untuk masuk surga. Dalam hadits disebutkan, “Seseorang tidaklah masuk surga kecuali sebab amalnya.” (HR. Bukhari, no. 5673 dan Muslim, no. 2816). Jadi masuk surga bukanlah karena gantian dari amal kita. Namun karena sebab amal, datang rahmat Allah yang membuat kita bisa masuk surga. Dalam ayat disebutkan pula (yang artinya), “Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan.” (QS. Az-Zukhruf: 72)

Bahagia ataukah sengsara tergantung dari amalan akhir seseorang itu seperti apa.

Ada orang yang beramal dengan amalan penduduk surga menurut pandangan manusia, namun akhir hidupnya adalah suul khatimah (akhir jelek). Ada juga manusia yang dianggap hina oleh orang-orang sekitarnya karena dosanya begitu banyak. Namun ia tutup hidupnya dengan taubat, sehingga ia mati husnul khatimah (mati baik) dan akhirnya masuk surga.

Untuk meraih husnul khatimah (akhir hidup yang baik) ada cara yang bisa ditempuh:

(a) Perbanyak doa siang dan malam. Di antara doa yang bisa terus dipanjatkan, ‘YAA MUQOLLIBAL QULUUB TSABBIT QOLBII ‘ALAA DIINIK’ (Artinya: Wahai Rabb yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada agama-Mu);

(b) Memperbanyak amalan ketaatan dan setiap amalan ketaatan akan mewariskan amalan ketaatan selanjutnya; ingat yang dinilai adalah akhir amal kita;

(c) Menjauhkan diri dari kemunafikan;

(d) Berusaha meninggalkan maksiat karena maksiat adalah sebab suul khatimah.

Apakah kita bahagia ataukah sengsara kelak di akhirat sudah diketahui dalam takdir.

Akhir kehidupan manusia antara syaqo’ (sengsara) ataukah sa’adah (berbahagia).

Demikian juga dalam  menjalani marifat kepada Allah itu di perlukan  tahapan  tahapan untuk musyahadah

Seperti penciptaan manusia

Hukum fiqih masalah siqtu.  Kalau bayinya sudah punya nyawa maka haram di aborsi

malaikat pembawa ruh itu meniup kan ruh

Kemudian di perintahkan lagi untuk menuliskan ya

Diantara kedua mata tentang ajal, rizki, amal

Para ulama menyimpulkan

1. Tiada risau dengan rizki

عدم الهم للرزق

Maka rizki kita sudah ditentukan oleh Allah banyak atau sedikit.

كل ما يصل إلينا من خير ونعمة هو من رزق الله ، سواء اكتسبناه بأيدينا أو جاد به غيرنا علينا .

فعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : ( مَنْ آتَاهُ اللَّهُ مِنْ هَذَا الْمَالِ شَيْئًا مِنْ غَيْرِ أَنْ يَسْأَلَهُ فَلْيَقْبَلْهُ ؛ فَإِنَّمَا هُوَ رِزْقٌ سَاقَهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَيْهِ ) رواه أحمد (7908) ،

قال العلماء : ما قدر الله لك فهو يصل اليك بسبب اوجده لك وما لا يقدر لك لا يصل اليك

 

Rizki yang sudah Allah takdirkan kepada engkau maka pasti sampai kepada engkau, dan Allah akan  menciptakan caranya untuk mendapatkan rizki itu. (Jadi jangan perlu risau)

Telah ditetapkan bahagia dan celaka di akhirat. Dan ini menunjukkan bahwa

عدم الفرح  بالشيء ما لم يعلم انه سعيد في الأخرة

Kita jangan terlalu gembira dengan rizki yang ada kalau belum tau bahagia di akhirat.

Selama kita belum tau kita masuk neraka atau surga hendaknya kita selalu risau dengan itu. Dan selalu memohon kepada Allah agar kita dijadikan orang orang yang beruntung

عن عبد الله بن عمرو رضي الله عنهما قال: كان على ثَقَلِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم رَجُلٌ يُقالُ له كِرْكِرَةٌ، فماتَ، فقال رسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : «هو في النَّارِ». فذهبوا ينظرونَ إليهِ، فَوَجَدُوا عَبَاءَةً قَدْ غَلَّهَا  [صحيح] - [رواه البخاري]

Dari Abdullah Ibn 'Amru -raḍiyallāhu 'anhumā-, dia berkata, "Dahulunya ada seseorang yang bekerja untuk Nabi dipanggil Kirkiroh meninggal dunia. Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, 'Dia di neraka.' Para sahabat pun pergi untuk melihat keadaannya lalu mereka dapati padanya pakaian (mantel) hasil rampasan perang yang diambilnya dengan diam-diam." 

Hadis sahih - Diriwayatkan oleh Bukhari

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan,

“Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu beliau mengatakan pada orang yang mengaku Islam, “Dia termasuk penduduk neraka.” Ketika mengikuti peperangan, orang tersebut begitu semangat. Namun ia terkena luka parah. Kemudian ada yang berkata  pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Yang engkau katakan bahwa ia termasuk penduduk neraka, ia benar-benar hari itu telah berperang lalu ia mati.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap mengatakan, “Ia  penghuni neraka.” Sebagian orang pun terheran-heran dan tetap dalam keadaan seperti itu. Ternyata, ada yang menceritakan bahwa orang tersebut sebelum mati, ia memiliki luka yang cukup parah. Ketika di malam hari, ia tidak sabar menahan lukanya yang parah tersebut. Lalu ia pun membunuh dirinya sendiri.

 

Maka jangan sekali-kali memegang apa yang telah kita amal kan. 

Dan jangan merasa mati masuk surga.

Maka kita terus memohon kepada Allah agar di masukkan ke surga dan terbebas dari neraka

Kebalikannya orang orang yang berdosa setengah hasta lagi mati masuk neraka akhirnya dia taubat maka masuk surga

 

Maka jangan pernah putus asa atas rahmat dan ampunan allah

 

Dalam kita jawahir luluah di ceritakan ada pasangan suami istri beda agama. Suami Islam dan istri nasrani. Keduanya pindah agama ketika di akhir hayat karena ingin  bersama di akhirat. Akhirnya  Suami ke nasrani sebelum hembusan nafas terakhir dan istri  ke Islam sebelum hembusan nafas terakhir. Akhirnya istrinya masuk surga dan suaminya masuk neraka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENDIDIKAN ANAK

3. RUKUN ISLAM

6. TENTANG HALAL DAN HARAM